Tangkapan layar dari @IG:garishidayah

Wisataku Literasi, Dalam surat Al-Ma'un, Allah memberikan peringatan yang kuat melalui firman-Nya, "فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ," yang diterjemahkan sebagai "Kecelakaan bagi mereka yang menunaikan shalat." Ayat ini mengacu kepada individu yang dengan acuh tak acuh menjalankan ibadah shalat mereka, bahkan hingga mengabaikannya sepenuhnya.

Dalam masyarakat seringkali kita hadapi fenomena ini, di mana beberapa individu mungkin lengah terhadap hal-hal mendasar seperti pakaian yang layak untuk shalat, sering merasa mengantuk selama ibadah, atau bahkan teralihkan oleh pikiran lain, tanpa menyadari sejauh mana mereka telah menjauh dari konsentrasi dan kekhusyukan dalam pelaksanaan shalat.

Ayat ini menekankan pentingnya kesungguhan dalam menjalankan shalat untuk menguatkan iman. Pesan yang ingin disampaikan melalui ayat ini adalah bahwa individu-individu yang melalaikan shalat sebenarnya lebih baik jika mereka membiarkannya daripada hanya sekedar melaksanakannya tanpa makna dan perhatian yang tulus.

4 Perilaku yang membuat Celaka Orang-Orang yang Shalat

1. Riya'

Shalat, sebagai salah satu pilar agama dalam Islam, memegang peran sentral dalam kehidupan seorang Muslim. Ayat ini menyoroti perbedaan esensial antara orang yang menjalankan shalat dengan iman yang kuat dan mereka yang melakukannya dengan kecenderungan riya', yaitu upaya untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain, bukan semata-mata karena cinta kepada Allah.

Ayat ini juga menekankan pentingnya menjalankan kewajiban agama dengan tulus dan keikhlasan. Nabi Muhammad SAW pernah mengajarkan bahwa tidak ada riya' dalam kewajiban-kewajiban Allah, karena kewajiban-kewajiban ini adalah lambang Islam dan tanda-tanda keagamaan. Oleh karena itu, siapa pun yang mengabaikan kewajiban-kewajiban tersebut berhak mendapat celaan dan kritik.

Dalam Islam, kita wajib memahami pentingnya menghilangkan fitnah dengan melakukan perbuatan baik.
Namun, jika seseorang memutuskan untuk tidak mengumumkan suatu perbuatan yang bersifat sunnah atau sukarela, maka itu adalah tindakan yang sah, karena tidak ada kewajiban untuk melakukannya dan tidak ada tekanan untuk melaporkannya. Ini memberikan fleksibilitas dalam amal ibadah dan memungkinkan individu untuk menjalankannya dengan tulus dan penuh keikhlasan.

Mengumumkan perbuatan baik untuk menginspirasi orang lain adalah tindakan mulia. Namun, riya' terjadi ketika seseorang dengan sengaja ingin dilihat oleh orang lain untuk mendapatkan pujian atas kebaikannya. Perilaku riya' sulit dihindari, kecuali oleh orang-orang yang benar-benar ikhlas. Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah menggambarkan riya' sebagai sesuatu yang sangat tersembunyi, bahkan lebih dari jejak semut hitam di malam yang gelap.

2. Menolak Zakat

Ayat ini juga menyiratkan bahwa menolak zakat, yang merupakan saudara sejati dari shalat, adalah bentuk ketidakpedulian dan penolakan terhadap kewajiban agama umat Islam.

3. Berlaku tidak adil terhadap anak Yatim dan menolak memberi makan orang miskin

Konteks sosial yang ada saat itu menunjukkan bahwa ada orang-orang yang menyatakan diri sebagai umat Islam, bahkan termasuk beberapa ulama atau pemuka agama, namun perilaku mereka mencerminkan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Allah memperingatkan tentang perilaku seperti ini dan mengecamnya sebagai bentuk penolakan terhadap ajaran agama.

Selain penafsiran harfiahnya, ayat ini juga bisa dipahami dalam konteks moral yang lebih luas. Mengaitkan sifat kepada sifat atau bahkan mengaitkan jawaban dalam ayat ini, "أَ رَأَيْتَ," dapat memunculkan pertanyaan yang mendalam: "Bagaimana pandanganmu terhadap seseorang yang menolak keberadaan balasan, berlaku tidak adil terhadap anak yatim, atau menolak memberi makan orang miskin? Apa tindakan yang seharusnya diambil dalam situasi semacam itu?" Kemudian, Allah menyatakan "فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ," yang, dengan tegas, berarti bahwa jika seseorang menyadari bahwa dia telah berperilaku salah, maka kecelakaanlah bagi mereka yang menjalankan shalat.

4. Tidak Khusyu dalam shalat

Ayat ini, pada dasarnya, mengisyaratkan bahwa orang-orang yang menunaikan shalat, namun tanpa kesungguhan dan keikhlasan, seharusnya mempertimbangkan kembali niat dan perilaku mereka. Ayat ini bukan semata-mata menyerang individu, melainkan sekaligus menunjukkan ketidaksepakatan dengan praktik-praktik munafik yang merusak makna sejati dari ibadah.

Pentingnya menjalankan shalat dengan konsentrasi dan kesungguhan juga tercermin dalam perbedaan antara penggunaan kata "عَنْ صَلاتِهِمْ" dan "فِي صَلاتِهِمْ." Makna "عَنْ" dalam konteks ini menggambarkan ketidakpedulian terhadap shalat, yaitu individu yang mengabaikannya dan tidak memberikan perhatian yang cukup.

Hal ini mencerminkan perilaku munafik atau mereka yang melanggar prinsip-prinsip agama. Di sisi lain, makna "فِي" mengindikasikan bahwa kelalaian dalam shalat merayap pada mereka melalui was-was setan atau bisikan jiwa yang hampir selalu menghampiri setiap Muslim. Bahkan Rasulullah SAW, meskipun utusan Allah, pada saat-saat tertentu, menghadapi tantangan untuk menjaga konsentrasi dalam shalat. Oleh karena itu, para ulama telah menciptakan bab-bab seperti sujud sahwi, sujud untuk memperbaiki kesalahan, dalam karya-karya mereka.

Kesimpulannya, ayat "فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ" adalah peringatan keras bagi mereka yang menjalankan shalat tanpa kesungguhan dan keikhlasan. Ia juga mencerminkan pentingnya menjalankan ibadah, terutama shalat, dengan tulus dan kesungguhan sebagai fondasi utama dalam agama Islam. Pada saat yang sama, ayat ini menekankan penolakan terhadap praktik-praktik munafik, riya', dan ketidakpedulian terhadap kewajiban agama. Sebagai umat Muslim, kita harus menjaga kualitas ibadah, melawan riya', dan tumbuh dalam ikhlas dalam agama.

Baca Selengkapnya: Tafsir Qs. al-Ma'un dalam al-Kashshāf An Ḥaqāiq al-Tanzīl Wa ‘Uyūn al-Aqāwīl fī Wujūh al-Ta’wīl